Silhouette of a group of friends jumping on a beach at sunset, expressing joy and freedom.

Ramai – A Short Story

Perjalanan yang diiringi dengan matahari terbit waktu itu adalah saat dimana memasuki sekolah barunya di jenjang SMA. Usia Kiona kini sudah beranjak remaja, yaitu 18 tahun. Dia dibesarkan dan dididik agar bisa mandiri dan tidak selalu bergantung kepada orang lain, ditambah lagi dia termasuk anak yang mendapatkan didikan keras dari orang tuanya. Sebab karena itu, dia menjadi anak yang agak bandel dan suka mengikuti teman-teman sebayanya. Karena orang tuanya takut Kiona semakin menjadi-jadi maka dia disekolahkan boarding. Awalnya memang dia menolak. Namun, karena keadaan jadi dia harus menuruti orang tuanya. Kiona sangatlah sayang kepada ayahnya, apalagi kakaknya Kiona yang sekarang putus sekolah karena kemauannya sendiri dan orang tuanya tidak bisa berbuat apapun. Oleh karena itu dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya.

Warna langit yang biru dan dipenuhi awan-awan, serta bunyi kicauan burung dari pohon-pohon, itulah yang pertama kali dia lihat dan rasakan saat memasuki sekolah barunya. Dia agak takut tidak punya teman. Namun, saat dia sedang di asrama, ada sekerumunan perempuan yang sedang berbicara di kasur.

“Mungkin itu ya temen-temenku? Mau aku ajak kenalan, tapi agak takut…,” pikir Kiona. Kemudian dia pergi ke lemari dan menata beberapa barangnya.

Saat dia sedang menata lemari, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.

“Kamu ada yang perlu dibantuin?” Ucap seorang perempuan denggan sorot matanya yang cantik dan berbadan tinggi itu.

“Kayaknya nggak ada,” ucap Kiona lembut.

“Ooh, okay. Nanti kalau ada yang mau dibantu bilang aja ya,” balas perempuan itu.

“Ngomong-ngomong, nama kamu siapa?” Tanya Kiona.

“Nama aku Shella. Salam kenal ya!” Balasnya.

“Salam kenal juga, Shella. Semoga kita nanti bisa berteman baik yaa. Nama aku Kiona,” ucap Kiona dengan senang hati karena dia mendapatkan teman barunya di sekolah.

Hari demi hari terus berlalu hingga bulan ke bulan dan saat ini, tidak terasa 2 tahun sudah terjalani. Begitu banyak suka dan duka yang ia lalui dan sekarang dia memiliki banyak teman. Tapi, karena hal itu dia menjadi lalai dan tidak bertanggung jawab. Faktor teman dan lingkungan membuat dia menjadi seperti orang yang berbeda, bahkan Kiona berani mencoba hal-hal yang dia tidak suka, seperti melanggar aturan. Padahal, dia juga adalah seorang perempuan yang tidak sepantasnya seperti itu karena dia sseperti orang yang tidak memiliki adab karena pengaruh teman-temannya atau takut ketinggalan yang sekarang disebut dengan istilah FOMO (Fear Of Missing Out).

Tidak jarang lagi dia dipanggil oleh guru BK karena sikapnya itu dan juga dia berangkat sekolah tidak membawa buku dan selalu bermalas-malasan dan tidur saat pelajaran di kelas. Guru-guru pun sampai bosan menegurnya setiap hari. Inilah pergaulan yang ditakutkan oleh orang tuanya terjadi.

Orang tuanya tidak begitu memerhatikan seberapa bandelnya Kiona saat di sekolah karena mereka berpikir itu belum seburuk itu. Lagipula saat SD dia pernah dikeluarkan dari sekolah juga karena tingkah lakunya tersebut. Dia juga seperti itu karena dia orang yang mudah dipengaruhi oleh orang lain. Karena terpisah jauh dari orang tuanya, Kiona menjadi bebas melakukan semaunya sendiri. Namun, dia juga terkadang merasa khawatir karena usia ayahnya yang sudah tergolong tua dan menjadi sering sakit-sakitan.

Shella dan Kiona, mereka adalah dua insan yang tidak terpisahkan. Di saat Shella ada, pasti Kiona juga ada, entah di manapun itu berada. Akan tetapi, pertemanan mereka bukan pertemanan yang sehat meskipun mereka bisa disebut sebagai ‘sahabat’. Pada waktu-waktu senggang, mereka suka berbincang-bincang hangat atau makan bersama, hingga suatu hari, Shella mengajak Kiona untuk membeli rokok. Entah apa yang dipikirkannya hingga memiliki ide seperti itu. Apalagi rokok juga haram, kan. Kiona sempat berpikir untuk menolak. Namun, karena dia juga ingin mencoba hal baru tersebut, jadi dia meng-iyakan saja ajakan Shella.

Akhirnya mereka membeli rokok itu diam-diam dengan menyelinap ke pos satpam dan memberikan satpam tersebut sejumlah uang. Setelah mereka selesai menghabiskan dua batang, mereka membuangnya di tempat sampah dengan asal-asalan dan meninggalkan bau yang menyengat. Perbuatan mereka yang lumayan terang-terangan membuat seorang guru jadi melihat mereka berdua dan melaporkan perbuatan tersebut ke guru BK untuk ditindaklanjuti.

Guru mereka berpikir perbuatan kali ini sudah berlebihan, jadi perbuatan tersebut dilaporkan ke orang tua masing-masing. Orang tua Kiona yang mendengar hal tersebut kecewa dengan perbuatannya karena mereka telah mendidik Kiona dengan susah, tetapi malah seperti itu jadinya. Kemudian ayah Kiona memutuskan untuk pensiun dan pada hari selanjutnya dikabarkan bahwa ibunya opname di rumah sakit.

Mendengar kabar itu, Kiona menyadari perbuatannya. Kiona hanya duduk termenung sendiri di balkon sembari melihat anak-anak yang sedang bermain dan berpikir bagaimana cara mengubah kebiasaan buruknya, serta meminta maaf kepada orang tuanya atas sikap buruknya yang sudah mengecewakan mereka. Ternyata, saat ini yang sulit baginya hanyalah agar menjadi baik. Padahal, dulu dia memiliki banyak cita-cita yang ingin dia capai.

Kiona mencoba menyadari apa yang telah diperbuatnya dengan harapan bisa memperbaiki diri. Karena melihat keadaannya, Kiona tidak hanya malu kepada dirinya sendiri, tapi juga kepada Tuhannya. Di saat seperti ini, dia menjadi ingat hadits yang pernah diberikan gurunya. “Laa tahzan, innallaha ma’naa..” yang mana berarti “Janganlah bersedih, Allah selalu membersamai kita.”. Dia tidak mau  larut dalam kesedihan, jadi dia mencoba untuk memperbaiki diri dengan berbicara kepada orang tuanya dan mendekatkan diri kepada Allah.

Akhirnya, Kiona pindah sekolah saat kenaikan kelas 12 dan mencoba untuk mencari pergaulan yang lebih baik daripada yang dulu. Dia merasakan bagaimana indahnya jika hidu[ lebih dekat dengan Allah daripada jauh dari-Nya karena hidup akan jadi lebih tenang dan semua akan terasa mudah. Keadaan ibunya pun sudah membaik selepas opname. Kiona juga merasa lelah dengan pergaulannya yang dulu. Walaupun banyak temannya, tetapi dia tetap merasa sendirian dan merasa tidak nyaman. Ternyata jauh lebih nyaman seperti ini, terpengaruh oleh orang yang baik.

TAMAT

Oleh: Nafeeza X-2

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *