I am a Pomegranate.

Maybe a pomegranate is all that i really am.

Bulat sempurna membentuk penampilannya. Merah merona seakan ia selalu bahagia. Dijatuhkan tak mempan. Tak akan ada yang penyok dan tak akan ada yang rusak, lain halnya dengan apel. Ia selalu bulat sempurna, tampil dengan warna yang konsisten, dan tetap kuat.

Hingga suatu hari kau mampu membelah dirinya. Melihat bagian dalam yang lama tertutup cangkang keras pelindung. Akhirnya kau mengerti. Tentu saja ia tak pernah penyok saat dijatuhkan. Itu karena bagian dalamnya sudah lebih dulu berantakan.

Kecil-kecil dan berantakan. Hanya orang yang benar-benar mencintainya yang mampu mengutip tiap bulirnya dengan konsisten dan penuh kesabaran, menikmati tiap rasa yang tetap sama.

Delima itu telah berkali-kali dijatuhkan. Bagian dalamnya telah berantakan, tidak seperti buah lain yang rapi dan sempurna. Ia abstrak, berani, namun bagi kebanyakan orang, ia dapat menjadi melelahkan.

Kalau sudah dibuka, bulirnya harus segera dimakan. Beberapa orang memaksa membuka delima, lalu tidak menghabiskannya, karena mereka tidak sanggup dengan begitu kaya, begitu banyaknya bulir yang ia kandung. Kalau mereka tidak sanggup menghabiskan dirinya, mereka akan memasukkan delima ke kulkas, tanpa sadar membuat delima merasa kedinginan!

Hanya orang yang benar-benar menyukainya yang akan sanggup menghabiskannya. Menikmati tiap proses memetik bulirnya, mengisap manisnya, membuang sepahnya, namun tanpa sesal kembali memetik bulirnya. Seakan menikmati yang baik, dan memaklumi yang pahit. Rasa cinta orang itu akan lebih besar dari biji-biji yang bisa dikesampingkan. Orang itu pun mungkin akan mengupas kulitnya, dan mengumpulkan bulirnya dalam satu wadah. Begitu hati-hati, begitu menghargai.

Namun, hingga sekarang, delima belum bisa menemukan seseorang yang benar-benar menyukainya. Mungkin petaninya sendiri. Terkadang pun ibu petani tidak paham dengan kompleksitas bulirnya, apalagi bapak petani. Meski tentu saja delima tetap mencintai mereka dan delima yakin mereka tetap mencintainya. Ya tapi hanya petani saja. Namun sekarang, delima sedang belajar menerima dirinya sendiri. Delima sedang mencoba membereskan bulirnya yang berantakan, mematangkan dagingnya yang masih mentah, dan melembutkan kulitnya yang masih keras. Dalam kesendiriannya, delima mulai merasa bahagia.

Delima sadar, merahnya telah kembali merekah.

Oleh Bintang Asni Rausyanfikr

Dari karya original I am a Pomegranate.. Maybe a pomegranate is all that I… | by B | Medium

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *